Jumat, 16 April 2010

Impian Yang Tertunda

Masa depan Agama "Kita"

Tautan berikut Akan memaparkan seberapa kuat Esensi keislaman kita, sebab hal tersebut Penting Untuk dihayati oleh kita semua sebagai seorang muslim, walaupun ini bukanlah korpus suci. yang layak dihargai untuk disakralkan, Namun itu tidak mengapa. Baiklah to the point saja, Sebagian di antara kita mungkin tidak tersadar, bahwa di usia kita yang semakin mendekat ujung ini belum terbesit dalam pikiran, “Apakah kita sudah berislam secara baik? Dan bagaimana keislamanku esok hari? Serta seperti apa anak cucu kita berislam nanti?”
Maka beruntunglah bagi kita yang selalu rutin berintrospeksi diri – sehingga kualitas beragamanya makin meningkat. Tentu introspeksi diri yang baik akan memunculkan pemikiran yang idealis. Sehingga mampu melakukan maping dengan cerdas.
Jika di antara kita belum lakukan itu semua, maka kita sebenarnya belum serius memperbaiki keislaman kita. Dan merupakan sebuah keterlambatan (meskipun sebenarnya tak ada kata terlambat), karena introspeksi dan maping masa depan keagamaan itu telah didahului orang lain.
Santiago Zabala – peneliti filsafat di Universitas Luteran Roma Italia –menulis sebuah esai berjudul A Religion Without Theist or Ateists, yang salah satu isinya berupa ‘ramalan-ramalan’ tentang keberagamaan manusia di dunia ini. Nampaknya dalam keinginannya, ia memimpikan masyarakat dunia kelak akan kehilangan kultur religiusnya. Mimpi Zabala tampaknya mirip dengan clotehan B. Russel yang mengajurkan agar manusia bertuhan tanpa beragama.
Mimpi Zabala bukan sekedar angan-angan kosong. Dengan, liberalisasi dan sekularisasi niscaya manusia mau tak mau harus mengikuti arus postmodernisme itu. Angan-angan Zabala tampaknya terinspirasi dari Filosof ateis abad pertengahan.
Sebelum Santiago Zabala, sederet nama filosof eropa telah memiliki gagasan yang hampir sama dengannya. David Hume, filosof modern telah menegaskan, kebenaran itu bukanlah dari rohaniwan atau kitab suci, yang benar dan ilmiah adalah sesuatu yang tampak dalam indera dan dinalar. Dengan sinis Hume mengatakan :“Agama adalah mitos” . Lebih sinis lagi Friedrich Nietzsche –filsuf Jerman- dengan ‘congkanya’ mengatakan, Tuhan telah mati.
Nietzsche, B. Russel, dan David Hume, kini telah tiada. Santiago Zabala juga bisa duduk manis di kursi kantornya di Roma Italia. Mereka berempat mungkin akan ‘tertawa’ jika tahu ada cendekiawan muslim Indonesia yang meneruskan ide besarnya. Buku, jurnal dan dan kajian-kajian di perguruan tinggi Islam sudah tak malu lagi mengatakan “syari’ah hrs dimodernkan”, “Pemikiran Imam Syafi’I dan al-Ghazali terlalu kuno untuk saat ini”,”agama itu relative”, “al-Qur’an itu sudah tidak sakral lagi” dst.
Dalam buku “Masa Depan Agama” karya dosen di perguruan tinggi Islam menyimpulkan, bahwa agama yang mampu bertahan di dunia modern adalah agama yang lunak, tidak kaku menafsirkan agama, inklusif dan menerima kebenaran ajaran yang lain. Buku ini tampaknya terinspirasi dari buku “The Future of Religion” karya Richard Rortry dan Gianni Vattimo. Atau mengcopy pemikiran John Hick tokoh pluralis yang juga meramalkan bahwa agama-agama di dunia nanti akan mereduksi dan menemukan satu kesatuan yang sama.
Seperti apa nantinya keislaman kita kedepan? Tentu tantangannya tidak ringan. Tergantung bagaimana kesadaran keberagamaan kita saat ini. Jika filosof Barat telah membuat maping – dan telah terasa pengaruhnya saat ini – maka sudah saatnya lah, muhasabah kita bukan sekedar introspeksi untuk diri pribadi, akan tetapi introsepeksi terhadap keberagamaan saudara kita dan anak-anak terutama nasibnya ke depan.
Mendidik bukan sekedar membuat menjadi pintar, tapi juga cerdas. Cerdas dalam artian memiliki kemampuan manajemen diri dan social dengan baik, kokoh, dan memiliki modal basic fatih yang kuat. Sejak dini perkuat kemampuan cara pandangnya secara Islami, sehingga mampu menyelesaikan segala persoalan secara Islami dan tak mudah terbawa arus modernisasi pemikiran.
Semoga keislaman kita semakin baik, dan anak cucuk kita kelak tetap bisa nikmati keindahan dan kedamaian Islam. Amiiin. Robbij�alni muqiimashsholaah wamin dzurriyyatii...Allahu Al Hadi Ila Shawab..



Referensi : http://m.cybermq.com
http://gusfa.cybermq.com/post/detail/10332/masa-depan-agama-kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar