Selasa, 20 Desember 2011

TELEMATIKA INDONESIA: FAKTA ATAU FIKSI?

Dipicu oleh gembar-gembor negara-negara tetangga, utamanya Malaysia dengan proyek Multimedia Super Corridor, Indonesia seakan-akan tersentak dari tidurnya menyadari ketinggalannya dalam bidang penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi. Walaupun konsep pembangunan National Information Infrastructure / Super-Highway bukan merupakan barang baru, termasuk gagasan Depparpostel (waktu itu) untuk mengembangkan Nusantara-21, namun kita sadari bahwa baru sekaranglah secara formal Pemerintah terpicu dan terpacu menetapkan ‘visi dan strategi’ khusus. Dengan mengukuhkan pembangunan Telematika Indonesia dalam belantika kancah global penguasaan dan pemanfaatan teknologi andalan tersebut.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional yang menyeluruh, pembangunan Telematika Indonesia diarahkan sesuai dengan visi bangsa kita dalam menghadapi persaingan global yang semakin sengit dalam abad mendatang. Kalau agak sedikit membumi, beberapa kata kunci menjadi acuan utama, yakni transparansi, kesetaraan, budaya informasi, masyarakat berintelijensia dan kemandirian. Transparansi dalam penyelenggaraan hidup bernegara hanya dimungkin-kan oleh hilangnya dinding pembatas akses informasi dari seluruh kegiatan bernegara tersebut. Tanpa sekat yang berdimensi majemuk ini, baik spasial, sektoral maupun jenjang sosial, akan terjembatani kesenjangan antara kaum yang informationrich dengan kaum yang information-poor, sehingga tercipta kesetaraan penguasaan informasi. Kesetaraan ini merupakan prasyarat tumbuhnya kondisi masyarakat yang akrab informasi sehingga terbentuk budaya-informasi yang merupakan salah satu ciri insan Indonesia kelak. Dukungan budaya-informasi ini akan tumbuh masyarakat Indonesia baru (madani?), yang dengan kemampuannya dalam membuat sinergi antara data, informasi dan analisis akan diantar menjadi masyarakat berintelijensia. Dengan semakin mantapnya pembinaan masyarakat berintelijensia ini kita akan berdiri tegar menghadapi turbulensi dunia dan kokoh dalam menjaga kemandirian bangsa.
Dikaitkan dengan realita di dunia nyata, posisi dan kondisi kita masih sangat jauh dari apa yang diuraikan di atas. Secara pragmatis, dengan keterpurukan bangsa kita dewasa ini, Telematika Indonesia yang diilustrasikan di atas tak ubahnya seperti mimpi di siang bolong. Transparansi, utamanya di lingkungan pemerintahan masih berwujud cetak-biru belaka, sedangkan kesetaraan hanya pengucapan pemanis mulut semata. Walaupun cikal-bakalnya sudah nampak samar-samar, namun budayainformasi masih terlalu jauh dari gapaian. Dengan sendirinya masyarakat berintelijensia masih sangat terbatas dan langka, yang pada gilirannya belum mampu menopang kemandirian yang diharapkan. Namun demikian tidak pada tempatnya jika kita saling menyalahkan, menyesali diri dan meratapi kekurangan kita. Sebagai suatu negara besar dan bangsa pejuang, Telematika Indonesia harus dijadikan sebagai modal dasar dan penggerak utama, agar mimpi tadi dapat berubah menjadi realita. Diharapkan dengan strategi yang tepat, kita usahakan agar ilustrasi tentang Telematika Indonesia yang terkesan fiksi tersebut dapat diwujudkan menjadi fakta.
Kita semua paham bahwa walaupun sudah ada tanda-tanda perbaikan dalam ekonomi bangsa, namun kita masih perlu waktu panjang untuk memulihkan kondisi ekonomi seperti sedia kala. Oleh karena itu, dengan itikad mensyukuri nikmat, Telematika Indonesia harus dibangun dengan mengandalkan hasil pembangunan yang nyata-nyata sudah terwujud. Walaupun tak bisa dihindarkan perlunya pemantapan aset yang terkait, namun gambaran bahwa akan ada mega proyek harus dibuang jauh. Konsolidasi, perioritasisasi, revitalisasi dan bahkan remediasi untuk mendukung integrasi pemanfaatan segera yang terfokus, kiranya perlu dilakukan dengan konsekuensi biaya yang minimal. Dalam hal ini, kita patut jeli untuk menciptakan sinergi prasarana telekomunikasi dan sumber daya informatika yang serasi, utamanya yang terkait dengan bidang-bidang yang dapat memacu daya saing bangsa. Pemberdayaan aparatur dengan e-goverment, pemerkayaan kualitas hidup dengan serambi depan informasi, peningkatan daya saing usaha dengan e-commerce, atau pembangunan informasi dasar kependudukan dan pemetaan misalnya, merupakan contoh aplikasi-aplikasi pemacu (flagship applications) yang harus diberi perioritas tinggi. Sesuai dengan pendekatan outsourcingdan penguatan pelaku usaha, serta sejalan dengan semangat reformasi sekarang ini, harus digalang dan dipermudah peluang partisipasi pelaku usaha yang fit dan proper.
Seiring dengan pembenahan ke dalam, upaya yang outward-looking jangan terlupakan. Perlu didorong dan didukung semua upaya yang mampu menciptakan produk barang dan jasa untuk pasar global, baik berupahardware, software, services dan content. Semua ini menuntut kesiapan dan kemantapan dalam sumber daya manusia yang berkualitas, ketentuan hukum-perundang-undangan yang mantap, penerapan standardisasi yang konsisten dan konsekuen, serta iklim kondusif yang didukung oleh kultur informasi yang positif. Semuanya ini bermuara pada komitmen penyelenggara negara yang dilandasi political-will yang kokoh, sehingga mimpi untuk mewujudkan Telematika Indonesia sebagai wahana penggerak utama pembangunan bangsa menjadi sesuatu yang niscaya.
Jika pada awal peluncurannya, ekonomi bangsa masih dalam posisi dan kondisi yang kondusif untuk mewujudkan pembangunan dan pengoperasian Telematika Indonesia, perkembangan lanjutannya ternyata tak secerah yang diharapkan. Pukulan krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan maksud dan tujuan pembangunan Telematika Indonesia ikut terpuruk. Walaupun kemudian timbul kembali semangat untuk membangunnya yang seiring dengan menguatnya secara perlahan kondisi ekonomi kita, namun kemudian muncul masalah baru yakni millenium bug atau Y2K atau MKT-2000. Sekali lagi pusat perhatian dan dukungan sumber daya lebih ditujukan untuk menanggulangi ancaman yang nyata dan segera tiba tersebut, sehingga kembali pembangunan Telematika Indonesia agak disurutkan perioritas pembangunannya.
Saat ini malahan kita sedang berada dalam proses pergantian pimpinan nasional yang penuh dengan pergulatan elite politik. Apakah pemerintahan yang baru akan meneruskan inisiatif strategis bangsa ini, atau sama sekali menghentikannya karena tidak menjadi perioritas dalam agenda politik pihak yang berkuasa, sejarahlah yang akan mencatatnya. Tentu saja kita semua, utamanya masyarakat telematika, sangat mengharapkan kesatuan pandangan, terlepas siapapun berkuasa, tentang pentingnya pembangunan Telematika Indonesia ini dilanjutkan dan malahan jika mungkin termasuk dalam program utama. Dengan demikian kita akan memasuki millenium ketiga dengan mantap dan tegar, siap bertarung dan atau bermitra dengan pihak manapun di muka bumi ini. Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar